Malam hari tiba, ketika itu Doni duduk bersama Ayahnya, di teras rumah. Dengan ditemani bintang – bintang, langit cerah dan dipadu dengan angin sepoi – sepoi. Ayah Doni bercerita banyak kepadanya, tentang Kemerdekaan Negeri ini.
Negeri yang subur dan indah ini diperoleh dengan tidak mudah. Butuh ratusan nyawa dan literan darah untuk merebutnya dari para penjajah. Dan, semuanya ini adalah buah dari semangat serta kegigihan para leluhur kita. Namun sekarang, Kemerdekaan telah diraih dan segenap kesusahan telah dilewati. Tapi, diumur 62 tahun ini, tidak banyak perubahan yang terjadi di negeri ini. Keadaan ini masih sama dengan sebelum 62 tahun yang lalu.
Dahulu, rakyat tidak bisa makan 3 kali sehari karena hasil bumi untuk makanan mereka diberikan kepada penjajah, sekarang kita lihat didaerah terpencil, saudara – saudara kita yang tidak makan nasi karena harga beras yang makin hari makin melambung. Sangat mengenaskan sekali….!!!!
Dahulu, kita dijajah menggunakan senjata, namun sekarang generasi muda kita dijajah dengan menggunakan otak dan mental.
Dahulu, karena
Sungguh ironis, Negara yang dengan kelebihan akan hasil alamnya, tetapi pendapatan terbesar yang mengisi APBN adalah dari sektor Pajak. Kenapa kita harus bangga dengan prestasi ini?Sampai – sampai pernyataan ini diajarkan di Sekolah Dasar!
Mungkin saat ini, diUlang Tahun Kemerdekaan
Sebagai Ayah dari seorang Pelajar, maka Ayah Doni berharap agar Doni dan para pelajar di negeri ini dapat mengisi Kemerdekaan dengan hal – hal yang bermanfaat. Cerita Ayahnya berakhir ketika Doni sudah terlelap tidur di kursi teras. Tak lama kemudian mereka bersama tidur dengan penuh harap akan perubahan Negara
Saya mengucapkan:
DIRGAHAYU
REPUBLIK
ke-62
Semoga Negeri ini bebas dari belenggu para bedebah, koruptor dan pengkhianat bangsa. Amin.